Sejak dahulu, sepeda sudah menjadi alat
transportasi umum yang sangat terkenal. Sejak ditemukannya sepeda
(dengan rantai dan gerigi) pertama kalinya oleh orang Inggris bernama
J.K. Starley pada tahun 1885, sepeda menjadi alat transportasi wajib.
Karena selain mudah dan praktis, sepeda pun tak memerlukan bahan bakar.
Sejak saat itu pulalah kemudian bermunculan banyak penciptaan-penciptaan
model sepeda baru.
Hal ini kemudian memicu lahirnya
kompetisi lomba balap sepeda. Namun saat itu, kompetisi balap sepeda
hanya ada di Inggris, Belanda, Prancis, dan negara-negara industri Eropa
lainya yang notabene adalah negara cikal-bakalnya sepeda.
Ekspansi negara-negara eropa ke berbagai
belahan dunia (termasuk Indonesia) lah yang kemudian turut menyebarkan
tren sepeda ke seluruh dunia. Sepeda kemudian menjadi sangat terkenal di
semua negara, terutama negara-negara jajahan Eropa yang selama ini
belum terlalu mengenal sepeda (karena transportasi mereka umumnya masih
menggunakan gerobak atau kereta kuda).
Salah satu negara jajahan yang mempunyai
tren bersepeda yang cukup tinggi adalah Indonesia. Hal ini dipengaruhi
oleh penjajahan Inggris dan Belanda yang cukup lama. Tercatat di akhir
abad 18, banyak bangsawan Indonesia yang telah mempunyai sepeda (saat
itu sepeda adalah barang yang sangat mahal, sehingga tek semua orang
bisa membelinya, hanya para bangsawan dan orang-orang terpandang saja
yang mampu membelinya).

Barulah pada awal abad 19 (masa
penjajahan belanda sebelum perang dunia kedua), sepeda mulai bisa
dimiliki oleh orang biasa karena adanya eksport sepeda besar-besaran
dari Inggris dan belanda. Hal ini kemudian memacu munculnya
komunitas-komunitas sepeda dan kompetisi balap sepeda di kalangan
pribumi. Balap sepedpun kemudian menjadi tren yang mumpuni di kalangan
rakyat Indonesia. Saat itu, Semarang dan Bandung menjadi pusat tren
sepeda di Indonesia.
Bahkan tercatat dua orang arsitek
Belanda yang bernama Ooiman dan Van Leuwen membuat velodrom atau tempat
khusus untuk balap sepeda di Semarang. Perkembangan balap sepeda di
Indoensia makin maju setelah banyak perusahaan-perusahaan Asing dan semi
Indo yang mau membiayai even-even balap sepeda. Bahkan saat itu sudah
lazim pembalap sepeda dibiayai oleh perusahaan-perusahaan seperti
Tropical, Triumph, Hima, Mansonia, dan perusahaan-perusahaan ekspatriat
lainya.
Walaupun saat masa penjajahan Jepang
kegiatan yang berhubungan dengan sepeda sempat terhenti, namun pasca
kemerdekaan, Sepeda ngetren kembali. Bahkan tahun 1948, sudah ada klub
sepeda asal bandung bernama Super Jet yang kemudian berubah nama menjadi
sangkuriang. Hal ini kemudian banyak menginspirasi daerah-daerah lain
untuk mendirikan klub sepeda, diantaranya Solo, Yogyakarta, Semarang,
Surabaya, Medan, Jakarta, dll.
Perkembangan balap sepeda ini kemudian
makin gemilang setelah bandung berhasil membuat even balap sepeda
bertaraf Internasional, yaitu Tour de Java 1 pada tahun 1958, Asal tahu
saja, even ini adalah even lomba balap sepeda pertama di Asia, jadi bisa
dibilang, Indonesialah pelopor lomba balap sepeda di Asia. Dalam lomba
itu, menempuh rute bandung-Surabaya-Bandung dengan total jarak tempuh
hampir 2000 km dan terbagi dalam 18 etape.
Sejak saat itu, balap sepeda di
Indonesia makin dikenal. Namun sayang, prestasi kita di ajang balap
sepeda masih kurang. Padahal kita adalah pelopor balap sepeda di Asia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar